
Pengertian Pembelajaran Two Stay Two Stray (TS-TS)
Menurut Lie (2004: 61) “teknik belajar mengajar dua tinggal dua tamu (Two Stay Two Stray) dikembangkan oleh Spencer Kagan (1992) ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan semua tingkat usia anak-anak”. Struktur Two Stay Two Stray (TS-TS) memberikan kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lain. Metode pembelajaran Two Stay Two Stray (TS-TS) sesuai dengan karakteristik metode pembelajaran kooperatif seperti yang telah banyak diuraikan di atas. Metode Two Stay Two Stray (TS-TS) ini melibatkan peserta didik yang memiliki karakteristik yang berbeda (heterogen) dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Pada pembelajaran Two Stay Two Stray (TS-TS) guru hanya berperan sebagai fasilitator dan pendamping, sedangkan peserta didik yang aktif dalam pembelajaran. Pembelajaran ini dimaksudkan agar peserta didik benar-benar menerima ilmu dari pengalaman belajar bersama-sama dengan rekan-rekannya dalam kelompok heterogen.
Menurut Taniredja, dkk (2012: 121) “pembelajaran Two Stay Two Stray (TS-TS) memberikan kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lainnya”. Pada metode pembelajaran Two Stay Two Stray (TS-TS) ini peserta didik bukan hanya belajar dan menerima apa yang disajikan materi yang di sampaikan oleh guru pada saat pembelajaran, melainkan peserta didik bisa juga belajar dari peserta didik lainnya. Huda (2012: 207-208) berpendapat bahwa “penerapan metode Two Stay Two Stray (TS-TS) dapat merangsang dan menggugah potensi peserta didik secara optimal dalam suasana belajar berkelompok”. Pada saat peserta didik belajar dalam kelompok akan berkembang suasana belajar yang terbuka dalam dimensi kesetaraan, karena pada saat itu akan terjadi proses belajar kolaboratif dalam hubungan pribadi yang saling.
Model pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray (TS-TS) membagi peran-peran peserta didik sebagai Stray dan Stay yang kemudian bertugas untuk membagikan hasil dan informasi kepada kelompok lain. Siswa yang berperan sebagai Stray bertugas mencari informasi yang relevan untuk memecahkan suatu masalah dengan bertamu ke kelompok lain. Siswa yang berperan sebagai Stay bertugas membagikan hasil diskusi kelompoknya kepada Stray kelompok yang berkunjung. Dengan peran tersebut peserta didik diharapkan lebih aktif dalam memecahkan masalah, mengungkapkan pendapat dan memahami materi secara berkelompok dan dapat belajar untuk saling membantu dalam kelompoknya.
Langkah-langkah Pembelajaran Two Stay Two Stray (TS-TS)
Taniredja, dkk (2012: 121) mengungkapkan bahwa pembelajaran Two Stay Two Stray (TS-TS) dapat dilakukan dengan cara:
- Siswa bekerja sama dalam kelompok yang berjumlah 4 (empat) orang.
- Setelah selesai, dua orang dari masing-masing menjadi tamu kedua kelompok lain.
- Dua orang yang tinggal di dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi ke tamu mereka.
- Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan mereka dari kelompok lain.
- Kelompok mencocokkan dan membahas hasil kerja mereka.
Menurut Huda (2012: 208). Langkah-langkah metode pembelajaran Two Stay Two Stray (TS-TS) dapat dilihat pada rincian tahap-tahap berikut ini:
- Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok yang setiap kelompoknya terdiri dari empat siswa. kelompok yang dibentuk merupakan kelompok heterogen atau secara acak (satu kelompok terdiri dari 1 siswa berkemampuan tinggi, 2 siswa berkemampuan sedang, dan 1 siswa berkemampuan rendah). Hal ini dilakukan karena pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TS-TS) bertujuan untuk memberikan kesempatan pada siswa untuk saling membelajarkan (Peer Tutoring) dan saling mendukung.
- Guru memberikan sub pokok bahasan pada tiap-tiap kelompok untuk dibahas bersama-sama dengan anggota kelompok masing-masing.
- Siswa bekerja sama dalam kelompok yang beranggotakan empat orang. Hal ini bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir.
- Setelah diskusi kelompok selesai, dua orang dari masing-masing kelompok meninggalkan kelompoknya dan untuk bertamu ke kelompok lain.
- Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi mereka kepada tamu dari kelompok lain.
- Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri untuk melaporkan hasil temuan mereka dari kelompok lain.
- Kelompok mencocokan dan membahas hasil kerja mereka.
- Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerja.
Dari paparan di atas, penulis menyimpulkan bahwa metode pembelajaran Two Stay Two Stray (TS-TS) adalah salah satu metode pembelajaran kooperatif dengan cara membagi peserta didik menjadi kelompok-kelompok kecil yang heterogen dan kemudian setiap kelompok diberikan tugas dan peran agar dapat mencapai tujuan pembelajaran. Dengan pembelajaran tersebut antar peserta didik diharapkan akan saling bertukar informasi dan mengemukakan pendapatnya sehingga akan menambah kemampuan kognitif, afektif, serta kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa.
Kelebihan dan Kelemahan Metode Two Stay Two Stray (TS-TS)
Sebagai sebuah metode pembelajaran, metode Two Stay Two Stray (TS-TS) tentunya memiliki kelemahan dan kelebihan. Adapun kelebihan dari metode pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TS-TS) adalah sebagai berikut:
- Dapat diterapkan pada semua kelas/ tingkatan
- Kecenderungan belajar peserta didik menjadi lebih bermakna
- Lebih berorientasi pada keaktifan.
- Peserta didik diharapkan berani mengungkapkan pendapatnya.
- Menambah kekompakan dan rasa percaya diri siswa.
- Kemampuan berbicara siswa dapat ditingkatkan.
- Membantu meningkatkan minat dan prestasi belajar.
Sedangkan kekurangan dari metode pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TS-TS) ini adalah :
- Membutuhkan waktu yang lama.
- Siswa cenderung tidak mau belajar dalam kelompok.
- Membutuhkan banyak persiapan bagi guru (materi, dana dan tenaga).
- Guru cenderung kesulitan dalam pengelolaan kelas (Eko Budi Santoso dalam Ali Akbar Yulianto: 2014).
Untuk mengatasi kekurangan metode pembelajaran Two Stay Two Stray (TS-TS), maka sebelum pembelajaran perlu melakukan persiapan yang lebih matang. Sebelum pembelajaran guru harus membentuk kelompok-kelompok belajar yang heterogen berdasarkan kemampuan akademis peserta didik. Setiap kelompok terdiri atas satu orang yang berkemampuan akademis tinggi, dua orang yang memiliki kemampuan akademik sedang, dan satu orang yang memiliki kemampuan akademis yang rendah. Pembentukan kelompok secara heterogen tersebut bertujuan agar antar anggota kelompok dapat saling membelajarkan, terutama peserta didik yang berkemampuan akademis tinggi dapat membelajarkan peserta didik yang berkemampuan akademis sedang dan rendah dalam kelompoknya.
Be the first to comment