Contoh PTK Biologi SMA Metode Oral Test Problem Based

PTK Biologi SMA

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI POKOK BAHASAN SISTEM REPRODUKSI MANUSIA MELALUI ORAL TEST PROBLEM BASED PADA SISWA KELAS XI IPA-7 SMA NEGERI 17 IDE PTK TAHUN PELAJARAN 2017/2018

BAB I

PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang Masalah

Proses pendidikan dalam sistem persekolahan kita, umumnya belum menerapkan pembelajaran sampai peserta didik menguasai materi pembelajaran secara tuntas. Akibatnya, banyak peserta   didik   yang   tidak   menguasai   materi   pembelajaran meskipun sudah dinyatakan tamat dari sekolah. Tidak heran kalau mutu pendidikan secara nasional masih rendah. Pembelajaran disebut juga sebagai proses belajar mengajar.  Belajar  dan  mengajar  merupakan  dua  konsep  yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Dalam prosesnya, kegiatan ini melibatkan interaksi individu yaitu pengajar di satu pihak dan pelajar di pihak lain. Keduanya berinteraksi dalam satu proses yang disebut belajar mengajar.

Mengingat belajar adalah proses bagi peserta didik dalam membangun gagasan atau pemahaman sendiri, maka kegiatan pembelajaran hendaknya memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan hal itu secara lancar dan termotivasi.

Belajar   menunjukkan  kepada   apa   yang   harus   dilakukan seseorang sebagai penerima pelajaran (peserta didik), sedangkan mengajar menunjukkan kepada apa yang harus dilakukan oleh seorang guru yang menjadi pengajar. Jadi belajar mengajar merupakan proses interaksi antara guru dan peserta didik pada saat proses pembelajaran. Proses pembelajaran ini akan berhasil selain ditentukan oleh kemampuan guru dalam menentukan metode dan alat yang digunakan dalam pembelajaran, juga ditentukan oleh minat belajar peserta didik.

Secara umum pendidikan dapat diartikan sebagai usaha yang dilakukan oleh seseorang secara sadar dan terencana dengan membangun aspek kemampuan  yang dimiliki oleh seseorang yang meliputi aspek afektif, kognitif dan psikomotorik . pedidikan dapat diperoeh  seseorang melalui pendidikan vormal, nonformal maupun pendidikan informal. Dengan menempuh pendidikan seseorang akan mengalami perubahan baik dari segi ilmu pengetahuan maupun tingkat kedewasaannya.

Dalam pembelajaran Biologi banyak guru yang mengeluhkan rendahnya kemampuan siswa dalam menerapkan konsep Biologi. Hal ini terlihat dari banyaknya kesalahan siswa dalam memahami konsep Biologi sehingga mengakibatkan kesalahan-kesalahan dalam mengerjakan soal sehingga mengakibatkan rendahnya prestasi belajar siswa (skor) baik dalam ulangan harian, ulangan semester, maupun ujian akhir sekolah, padahal dalam pelaksanaan proses pembelajaran di kelas biasanya guru memberikan tugas (pemantapan) secara kontinu berupa latihan soal. Kondisi riil dalam pelaksanaannya latihan yang diberikan tidak sepenuhnya dapat meningkatkan aktifitas dalam pembelajaran dan hasil belajar Biologi. Rendahnya mutu pembelajaran dapat diartikan kurang efektifnya proses pembelajaran. Penyebabnya dapat berasal dari siswa, guru maupun sarana dan prasarana yang ada, minat dan motivasi siswa yang rendah, kinerja guru yang rendah, serta sarana dan prasarana yang kurang memadai akan menyebabkan pembelajaran menjadi kurang efektif. Saat sekarang ini sistem pembelajaran harus sesuai dengan kurikulum 2013 dimana pendidikan tidak hanya ditekankan pada aspek kognitif saja tetapi juga afektif dan psikomotorik.

Metode pembelajaran yang kurang efektif dan efisien, menyebabkan tidak seimbangnya kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik, misalnya pembelajaran yang monoton dari waktu ke waktu, guru yang bersifat otoriter dan kurang bersahabat dengan siswa, sehingga siswa merasa bosan dan kurang minat belajar. Untuk mengatasi hal tersebut maka guru sebagai tenaga pengajar dan pendidik harus selalu meningkatkan kualitas profesionalismenya yaitu dengan cara memberikan kesempatan belajar kepada siswa dengan melibatkan siswa secara efektif dalam proses pembelajaran. Juga mengupayakan siswa untuk memiliki hubungan yang erat dengan guru, dengan teman-temannya dan juga dengan lingkungan sekitarnya.

Keberhasilan pembelajaran dalam arti tercapainya standar kompetensi, sangat bergantung pada kemampuan guru mengolah pembelajaran yang  dapat menciptakan situasi yang memungkinkan siswa belajar sehingga merupakan titik awal berhasilnya pembelajaran (Semiawan, 2005).Banyaknya teori dan hasil penelitian para ahli pendidikan yang menunjukkan bahwa pembelajaran akan berhasil bila siswa berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Salah satu pendekatan pembelajaran yang mengakomodasi keaktifan siswa adalah pembelajaran dengan pemberian tugas secara berkelompok.

Pembelajaran Biologi di sekolah juga banyak yang hanya menekankan pada tujuan kognitif saja. Salah satu alternatif agar pembelajaran Biologi tidak hanya menekankan pada tujuan kognitif saja adalah melalui pembelajaran Oral Test Problem Based. Pembelajaran Biologi Oral Test Problem Based bukanlah sekedar pembelajaran yang dipenuhi dengan latihan soal–soal seperti yang sering terjadi di lembaga bimbingan tes (belajar). Dalam pembelajaran Oral Test Problem Based siswa dihadapkan dengan permasalahan yang membangkitkan rasa ingin tahunya untuk melakukan penyelidikan sehingga dapat menemukan sendiri jawabannya, dengan mengkomunikasikan hal itu dengan orang lain.

Dalam penyelidikan sering dilakukan kerjasama dengan temannya. Hal ini memberikan implikasi pada pembelajaran di kelas, termasuk pada pembelajaran Biologi. Pembelajaran Biologi mestinya juga harus menjadi wahana untuk mengembangkan kecakapan dalam memecahkan masalah, karenanya perlu ditetapkan model pembelajaran Oral Test Problem Based sejak dini dan secara berkelanjutan.

Biologi merupakan salah satu ilmu dasar yang harus dikuasai oleh setiap manusia, terutama oleh peserta didik. Sebab ternyata Biologi tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia sehari-hari. Salah satu manfaat dalam pembelajaran Biologi adalah untuk mempelajari ilmu-ilmu eksak lainnya akan tetapi hal ini dirasakan sulit oleh para guru untuk menyampaikan pelajaran Biologi agar mudah diterima oleh peserta didik sehingga guru dan peserta didik sama-sama senang dalam proses belajar Biologi.

Rendahnya hasil belajar peserta didik dikarenakan guru dalam menerangkan  materi Biologi kurang  jelas dan kurang menarik perhatian peserta didik dan pada umumnya guru terlalu cepat dalam menerangkan materi pelajaran. Di samping itu penggunaan  metode  pengajaran  yang  salah.  Sehingga  peserta didik dalam memahami dan menguasai materi masih kurang dan nilai yang diperoleh peserta didik cenderung rendah

Dalam rangka pembaharuan pendidikan, hendaknya guru mampu melibatkan siswanya secara aktif dalam proses belajar sehingga dapat meningkatkan daya kreativitas dan berpikir pada siswa yang dapat memperkuat motivasi.

Pada umumnya masalah yang menonjol yang dihadapi oleh pendidikan Biologi adalah hasil belajar para siswa yang belum memuaskan. Aktivitas belajar dan kemampuan siswa SMA Negeri 17 Ide PTK  dalam menyelesaikan soal Biologi masih rendah. Rendahnya kemampuan tersebut ditunjukkan oleh rendahnya hasil belajar siswa. Hasil diskusi peneliti dengan guru Biologi yang mengajar di SMA Negeri 17 Ide PTK  diperoleh hasil bahwa: 1) Siswa cukup sulit memahami konsep-konsep Biologi karena konsep-konsep Biologi tersebut bersifat abstrak, 2) Siswa tidak banyak yang siap atau menyiapkan diri sebelum pembelajaran dimulai walaupun materi pelajaran yang akan diajarkan pada pertemuan berikutnya sudah diketahui, dan 3) Aktivitas siswa dalam proses pembelajaran masih rendah.

Pada pembelajaran Biologi kelas XI IPA-7 di SMA Negeri 17 Ide PTK  dengan Pokok Bahasan Sistem Reproduksi Manusia menunjukkan kurangnya siswa memahami materi tersebut. Hal ini terlihat dari 47,06% atau 16 siswa saja yang baru mencapai kriteria ketuntasan minimal dari 34 siswa yang ada dengan nilai rata-rata baru mencapai 65,59. Kriteria ketuntasan minimal yang ditentukan adalah sebesar 75.

Dari data di atas terlihat bahwa rata-rata hasil belajar Biologi siswa kelas XI IPA-7 SMA Negeri 17 Ide PTK   masih rendah yaitu kurang dari 75. Oleh karena itu perlu suatu upaya untuk meningkatkan hasil belajar Biologi siswa kelas XI IPA-7 SMA Negeri 17 Ide PTK . Berbagai upaya telah dilakukan tetapi hasilnya belum memuaskan. Penelitian tindakan adalah salah satu strategi pemecahan masalah yang memanfaatkan tindakan nyata dan proses pengembangan kemampuan dalam mendeteksi dan memecahkan masalah. Melalui penelitian tindakan kelas (PTK) ini, akan dicobakan model pembelajaran Oral Test Problem Based untuk pokok bahasan Sistem Reproduksi Manusia.

  • Permasalahan Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, ada beberapa masalah yang berkaitan dengan mutu pendidikan. Adapun masalah tersebut dapat diidentifikasikan sebagai berikut:

  1. Hasil belajar sampai saat ini belum sesuai harapan.
  2. Metode  mengajar  selama ini masih  monoton  dan  kurang bervariasi.
  3. Banyak  siswa  yang  mengeluh  dalam  belajar  Biologi  karena  mereka merasa  bosan,  sulit,  tidak  menyenangkan,  dan  bingung  dalam  memecahkan suatu permasalahan Biologi.
  4. Model  pembelajaran  berbasis  masalah  diharapkan  dapat  mengikut  sertakan siswa  secara  aktif  di  dalam  kegiatan  belajar  mengajar,  yaitu  hasil  belajar khususnya Biologi.
  • Cara Pemecahan Masalah

Dalam penelitian ini masalah akan dipecahkan melalui penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilaksanakan secara bersiklus. Masing–masing siklus terdiri dari 4 (empat) tahap yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Model pembelajaran yang direncanakan untuk siklus I adalah :

  1. Pengajuan permasalahan oleh guru.
  2. Siswa dibagi ke dalam kelompok–kelompok, setiap kelompok terdiri dari 8-9 orang siswa.
  3. Setiap kelompok memperoleh kartu masalah untuk didiskusikan bersama dan hasilnya dipresentasikan di depan  kelas.
  4. Hasil  refleksi  akhir  siklus  I  untuk  merencanakan  (menyempurnakan)  siklus berikutnya.
  • Rumusan Masalah

Dari uraian di atas, masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

“Apakah penggunaan model pembelajaran Oral Test Problem Based dapat meningkatkan hasil belajar Biologi dengan pokok bahasan Sistem Reproduksi Manusia pada siswa kelas XI IPA-7 SMA Negeri 17 Ide PTK    Tahun Pelajaran 2017/2018?”

  • Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar Biologi dengan pokok bahasan Sistem Reproduksi Manusia dengan menggunakan model pembelajaran Oral Test Problem Based pada siswa kelas XI IPA-7 SMA Negeri 17 Ide PTK  Tahun Pelajaran 2017/2018.

  • Manfaat PenelitiaanManfaat bagi guru

Mendapat pengalaman langsung melakukan penelitian tindakan kelas (PTK) untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.Memberikan keragaman (pembelajaran yang bervariasi) pada siswa dan   untuk   mengatasi   rasa   kebosanan   siswa   dalam   belajar Biologi.Dengan  penelitian  tindakan  kelas,  guru  akan  terbiasa  melakukan penelitian kecil yang selanjutnya akan bermanfaat bagi pembelajaran.Manfaat bagi siswaMenumbuhkan  kemampuan  memecahkan  masalah,  kemampuan bekerjasama dan kemampuan berkomunikasi serta mengembangkan keterampilan berpikir tinggi siswa.Dapat menumbuhkan minat dan meningkatkan motivasinya dalam belajar Biologi yang pada gilirannya akan membawa pengaruh yang  positif  yaitu  terjadinya  peningkatan  hasil  belajar Biologi yang baik serta penguasaan konsep dan keterampilannya.Bagi SekolahMempunyai kesempatan besar untuk berkembang atau maju pesat sebab menghasilkan siswa-siswa yang cerdas.Memiliki iklim pendidikan yang senantiasa kondusif.Mempunyai kesempatan besar untuk berubah secara menyeluruh.

Abstrak: Yang menjadi latar belakang penelitian ini adalah Berdasarkan observasi  yang dilakukan ditemukan atau nampak bahwa keaktifan  siswa  dalam  mengikuti  pelajaran  masih  kurang.  Hal  itu ditunjukan dari 34 siswa, 24 siswa atau 70,59 % masih kurang serius karena  sebagian  besar siswa  ada yang melakukan aktifitas sendiri, seperti: berbicara  sendiri  dengan  teman  sebelahnya, bermain pengaris dan pergi ke toilet tanpa ijin. Dalam memperhatikan penjelasan  dari  guru,  keaktifan  dalam menanggapi  pertanyaan  dari guru atau mengajukan pertanyaan kepada guru pada saat proses pembelajaran berlangsung. Dengan kata lain yang aktif dalam pembelajaran hanya sebanyak 10 siswa atau 29,41 %. Dari latar belakang masalah tersebut kemudian dirumuskan masalah sebagai berikut: Apakah dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar biologi pokok bahasan sistem reproduksi manusia siswa kelas XI IPA-7 SMA Negeri 17 Ide PTK Tahun Pelajaran 2017/2018?

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

  1. Pengertian Oral Test

Oral Test adalah suatu bentuk tes yang menuntut respons dari anak dalam bentuk bahasa lisan (Arifin, Z. : 1988). Dalam bentuk tes ini, anak akan menyampaikan jawaban dari pertanyaan yang diajukan dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Oral Test yang dilakukan dapat berbentuk sebagai berikut :

  1. Seorang penguji menilai seorang siswa,
  2. Seorang penguji menilai sekelompok siswa,
  3. Sekelompok penguji menilai seorang siswa
  4. Sekelompok penguji menilai sekelompok siswa.

Karakteristik dari alat evaluasi ini adalah dalam pengujiannya tes dilakukan secara lisan dengan guru mengajukan beberapa pertanyaan kepada siswa, selanjutnya siswa menjawab dengan kata-katanya sendiri sesuai dengan pertanyaan atau perintah yang diberikan.

  1.  Kelebihan dan Kelemahan Alat Evaluasi

Berikut akan dipaparkan beberapa kelebihan dari Oral Test, yaitu:

  1. Dapat mengetahui langsung kemampuan siswa dalam mengemukakan pendapatnya secara lisan,
  2. Tidak perlu menyusun soal-soal secara terurai, tetapi cukup mencatat pokok-pokok permasalahannya saja,
  3. Kemungkinan anak akan menerka-nerka jawaban dan berspekulasi dapat dihindari.

Berikut akan dipaparkan beberapa kelemahan Oral Test, yaitu :

  1. Memakan waktu yang cukup banyak, apalagi jika jumlah siswanya banyak,
  2. Faktor subjektivitas akan muncul bilamana dalam suasana ujian lisan itu hanya ada seorang penguji dan seorang siswa.
  3. Petunjuk Praktis dalam Pelaksanaan Oral Test

Adapun beberapa petunjuk praktis dalam pelaksanaan Oral Test, adalah

  1. Jangan terpengaruh oleh faktor-faktor subjektivitas, misalnya cantik tidaknya anak, kaya-tidaknya anak, anak pejabat atau bukan, dan sebagainya,
  2. Berikanlah skor bagi setiap jawaban yang dikemukakan oleh anak, jangan dilakukan pada saat setelah selesai Oral Test, akibatnya penilaian akan dipengaruhi oleh jawaban yang terakhir,
  3. Catatlah hal-hal atau masalah yang akan ditanyakan dan ruang lingkup jawaban yang diminta untuk setiap pertanyaan,
  4. Ciptakan suasana ujian yang menyenangkan agar siswa tidak merasa ketakutan dalam menjalani ujian,
  5. Jangan mengubah suasana ujian lisan menjadi suasana diskusi atau suasana pengajaran.
  • 2. Kelebihan Dan Kekurangan Oral Test
  • Kelebihan,
  • Dapat menilai kemampuan dan tingkat pengetahuan yang dimiliki peserta didik, sikap, serta kepribadiannya karena dilakukan secara berhadapan langsung.
  • Bagi peserta didik yang kemampuan berpikirnya relatif lambat sehingga sering mengalami kesukaran dalam memahami pernyataan soal, tes bentuk ini dapat menolong sebab peserta didik dapat menanyakan langsung kejelasan pertanyaan yang dimaksud.
  • Hasil tes dapat langsung diketahui peserta didik.
  • Siswa dapat mengemukakan argumentasi
  • Dapat mengevaluasi kemampuan penalaran
  • Dapat mengevaluasi kemampuan berbahasa lisan
  • Dapat melakukan pendalaman materi
  • Tidak mungkin terjadi penyontekan
  • Bahan ujian dapat luas dan mendalam
  • Kelemahan
  • Subjektivitas pendidik sering mencemari hasil tes,
  • Waktu pelaksanaan yang diperlukan.
  • Sangat memungkinkan ketidakadilan
  • Subjektifitas tinggi
  • Memerlukan waktu yang lama
  • siswa dapat melakukan ABS
  • jika siswa memiliki sifat gugup dapat mengganggu kelancaran menjawab
  • Kurang reliabel

Hasil Belajar

Pada hakikatnya belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang terjadi pada diri siswa karena adanya pengalaman dan latihan. Belajar merupakan suatu proses di mana suatu tingkah laku ditimbulkan atau diperbaiki melalui serentetan reaksi atau situasi (rangsang) yang terjadi.

Hasil belajar merupakan hasil yang telah dicapai setelah dilaksanakan program kegiatan belajar mengajar di sekolah. Hasil belajar dalam periode tertentu dapat dilihat dari nilai raport yang secara nyata dapat dilihat dalam bentuk angka-angka. Menurut (Sudjana, 1990:22), hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Menurut Gagne dalam Sudjana (1990:22) mengungkapkan ada 5 (lima) kategori hasil belajar yakni informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif, sikap dan keterampilan motoris.

Sementara Bloom dalam Sudjana (1990:22) mengungkapkan 3 (tiga) kawasan tujuan pengajaran yang merupakan kemampuan seseorang yang harus dicapai dan merupakan hasil belajar yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Menurut Romiszowski (Abdurrachman, 1999:38) hasil belajar merupakan keluaran (outputs) dari suatu sistem pemrosesan masukan (inputs) Masukan dari sistem tersebut berupa bermacam-macam informasi sedangkan keluarannya adalah perbuatan dan kinerja (performance).

Hasil belajar adalah prestasi belajar yang dicapai siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar dengan membawa suatu perubahan dan pembentukan tingkah laku seseorang. Untuk menyatakan bahwa suatu proses belajar dapat dikatakan berhasil, setiap guru memiliki pandangan masing-masing sejalan dengan filsafatnya. Namun untuk menyamakan persepsi sebaiknya kita berpedoman pada kurikulum yang berlaku saat ini yang telah disempurnakan, antara lain bahwa suatu proses belajar mengajar tentang suatu bahan pembelajaran dinyatakan berhasil apabila tujuan pembelajaran khususnya dapat dicapai.

Untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan pembelajaran khusus, guru perlu mengadakan tes formatif pada setiap menyajikan suatu bahasan kepada siswa. Penilaian formatif ini untuk mengetahui sejauh mana siswa telah menguasai tujuan pembelajaran khusus yang ingin dicapai. Fungsi penelitian ini adalah untuk memberikan umpan balik pada guru dalam rangka memperbaiki proses belajar mengajar dan melaksanakan program remedial bagi siswa yang belum berhasil. Karena itulah, suatu proses belajar mengajar dinyatakan berhasil apabila hasilnya memenuhi tujuan pembelajaran  khusus dari bahan tersebut. 

  • Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based) adalah suatu pendekatan pembelajaran yang diawali dengan penyajian masalah yang dirancang dalam konteks yang relevan dengan materi yang dipelajari. Pembelajaran berbasis masalah menggunakan berbagi macam kecerdasan yang diperlukan untuk melakukan konfrontasi terhadap tantangan dunia nyata, kemampuan untuk menghadapi segala sesuatu yang baru dan kompleksitas yang ada (Tan,2000). Pembelajaran Berbasis Masalah dalam kaitannya dengan Biologi adalah suatu pendekatan pembelajaran yang diawali dengan menghadapkan siswa dalam masalah Biologi. Dengan segenap pengetahuan dan kemampuannya, siswa dituntut untuk menyelesaikan masalah yang kaya dengan konsep-konsep Biologi.

Pembelajaran Berbasis Masalah melibatkan siswa dalam penyelidikan pilihan sendiri yang memungkinkan mereka menginterpretasikan dan menjelaskan fenomena dunia nyata dan membangun pemahamannya tentang fenomena itu. Dalam kehidupan sehari-hari kita selalu menghadapi masalah. Permasalahan-permasalahan itu tentu saja tidak semuanya merupakan permasalahan matematis, namun Biologi mempunyai peranan yang sangat sentral dalam menjawab permasalahan keseharian itu. Oleh karena itu, cukup beralasan jika pembelajaran berbasis masalah menjadi trend dalam pembelajaran Biologi sekarang ini.

Ciri utama pembelajaran berbasis masalah adalah suatu pengajuan petanyaan, memusatkan kepada keterkaitan antar disiplin, penyelidikan autentik, kerjasama dan menghasilkan karya atau peragaan. Pembelajaran berbasis masalah tidak dirancang untuk membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa. Pembelajaran berbasis masalah antara lain bertujuan untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan berfikir dan keterampilan pemecahan masalah (Ismail, 2002:2). Dalam pembelajaran berbasis masalah, perhatian pembelajaran tidak hanya pada perolehan deklaratif, tetapi juga perolehan pengetahuan prosedural. Oleh karena itu, penilaian tidak cukup hanya dengan tes.

Kelebihan diterapkannya model Pembelajaran Berbasis Masalah adalah siswa dapat berlatih berpikir kritis terhadap suatu permasalahan yang ada, mampu merumuskan masalah, dan mampu menemukan solusinya. Adapun kekurangan dalam model Pembelajaran Berbasis Masalah adalah sebagian siswa belum tentu memiliki pengalaman yang nyata dalam menghadapi permasalahan tersebut sehingga siswa kesulitan dalam memecahkan masalah itu. Jadi, kurangnya siswa dalam berlatih memecahkan soal-soal dapat menyebabkan soal-soal itu sulit diidentifikasi dan pada akhirnya sulit untuk diselesaikan.

  • Pembelajaran Biologi dengan Metode Oral Test Problem Based

Problem Based atau memecahkan suatu masalah merupakan suatu aktivitas dasar bagi manusia. Kenyataan menunjukkan sebagian besar kehidupan adalah berhadapan dengan masalah-masalah, dan perlu mencari penyelesaiannya. Bila gagal dengan suatu cara untuk menyelesaikan suatu masalah, maka harus mencoba menyelesaikannya dengan cara yang lain. Dalam pembelajaran Biologi, pertanyaan yang dihadapkan pada siswa biasanya disebut soal. Dengan demikian, soal-soal Biologi akan dibedakan menjadi dua bagian sebagai berikut.

  1. Latihan yang diberikan pada waktu belajar Biologi adalah yang bersifat melatih agar terampil atau sebagai aplikasi dan pengertian yang baru saja diajarkan.
  2. Masalah tidak seperti halnya latihan pada No.1 yang menghendaki siswa agar  menggunakan  sintesis  atau  analisis  untuk  menyelesaikan  suatu masalah,  siswa  tersebut  harus  menguasai  hal-hal  yang  telah  dipelajari sebelumnya yaitu mengenai pengetahuan, keterampilan dan pemahaman.

Mengajarkan pemecahan masalah kepada siswa merupakan kegiatan dari seorang guru dimana guru itu membangkitkan siswa-siswanya agar menerima dan merespon pertanyaan-pertanyaan yang diajukan olehnya dan kemudian ia membimbing siswa-siswanya untuk sampai kepada penyelesaian masalah.

Melalui penyelesaian masalah siswa-siswa dapat berlatih dan mengintegrasikan konsep-konsep, serta keterampilan yang telah dipelajari. Mengajar siswa untuk menyelesaikan masalah-masalah memungkinkan siswa tersebut menjadi lebih analitis dalam mengambil keputusan di dalam kehidupan. Dengan perkataan lain, bila seorang siswa dilatih untuk menyelesaikan masalah, maka siswa akan mampu mengambil keputusan. Sebab siswa tersebut mempunyai keterampilan tentang bagaimana mengumpulkan informasi yang relevan dan menganalisis informasi tersebut.

Biologi yang disajikan kepada siswa-siswa yang berupa masalah akan memberikan motivasi kepada mereka untuk mempelajari pelajaran tersebut. Para siswa akan merasa puas bila mereka dapat memecahkan masalah yang dihadapkan kepadanya. Kepuasan intelektual ini merupakan hadiah intrinsik bagi siswa tersebut. Karena itu alangkah baiknya bila aktivitas- aktivitas Biologi seperti mencari generalisasi dan menamakan konsep melalui strategi pemecahan masalah. Dengan dihadapkan kepada suatu masalah, maka siswa akan berusaha melakukan penyelesaiannya. Ia belajar bagaimana melakukan perencanaan dengan melalui proses memecahkan masalah.

Menurut Hudojo dan Sutowijoyo menyatakan bahwa petunjuk langkah- langkah sistematik untuk menyelesaikan masalah adalah sebagai berikut.

  1. Pemahaman  terhadap  masalah,  meliputi  pemahaman  kata  demi  kata, kalimat  demi  kalimat.  Identifikasi  masalah  yang  hendak  dicapai.  Abaikan hal-hal  yang  tidak  relevan  dan  jangan  menambahkan  hal-hal  sehingga masalahnya menjadi   berbeda.
  2. Perencanaan penyelesaian masalah yang seringkali memerlukan kreativitas untuk merumuskan rencana/strategi penyelesaian masalah.
  3. Merencanakan  penyelesaian  masalah.  Langkah  ini  merupakan  langkah Pola yang didefinisikan sebagai melaksanakan perencanaan penyelesaian.
  4. Melihat kembali penyelesaian. Menurut Polya (Suherman, 2003:99), dalam pemecahan  suatu  masalah  terdapat  4  (empat)  langkah  yang  harus dilakukan   yaitu,   memahami   masalah,   merencanakan   pemecahannya, memecahkan  masalah  sesuai  rencana  langkah  kedua  dan  memeriksa kembali hasil yang diperoleh.

Salah satu cara terbaik untuk mempelajari pemecahan masalah dapat dilakukan setelah penyelesaian masalah selesai dilakukan. Memikirkan atau menelaah kembali langkah-langkah yang telah dilakukan dalam pemecahan masalah merupakan kegiatan yang sangat penting untuk meningkatkan kemampuan anak dalam pemecahan masalah (Suherman, 2003:103).

Seorang guru harus mempunyai bermacam-macam masalah yang cocok dan bermakna bagi siswa-siswanya agar siswanya tertarik dan ingin menyelesaikan masalah yang dihadapi. Masalah-masalah tersebut bisa bersumber dari buku-buku, majalah-majalah yang berhubungan dengan Biologi. Selain itu agar para siswa tertarik dan ingin menyelesaikan masalah yang dihadapi perlu diberikan penghargaan.

Mengajar menyelesaikan masalah kepada siswa merupakan pendidikan tentang kemauan. Menyelesaikan masalah yang tidak mudah bagi siswa yang mungkin dimulai dengan suatu kegagalan tidaklah jelek. Karena melalui kegagalan, siswa menghargai sedikit kemajuan dan sambil menantikan gagasan-gagasan yang lebih cemerlang.

  • Kerangka Pikir

Rendahnya prestasi belajar Biologi tentang pokok bahasan Sistem Reproduksi Manusia pada SMA Negeri 17 Ide PTK menjadi inspirasi munculnya penelitian. Dari pembelajaran awal pada mata pelajaran Biologi kelas XI IPA-7 SMA Negeri 17 Ide PTK tentang pokok bahasan Sistem Reproduksi Manusia banyak siswa yang memperoleh nilai evaluasi kurang dari kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan sebesar 75. Pada kondisi awal guru belum menggunakan pembelajaran oral test problem based, sehingga hasil belajar Biologi siswa masih rendah.

Pada pembelajaran Biologi akan menggunakan model pembelajaran oral test problem based, karena dalam pembelajaran oral test problem based siswa dihadapkan dengan permasalahan sehari-hari sehingga membangkitkan rasa ingin tahunya untuk melakukan penyelidikan dan dapat menemukan sendiri jawaban dengan cara mengkomunikasikan kepada orang lain sehingga dapat menyelesaikan masalah tersebut. Pada siklus I siswa menjadi 4 kelompok tiap kelompok terdiri dari 8-9 orang, membagikan seperangkat pembelajaran yang meliputi kartu masalah, papan nama kelompok, kertas manila dan spidol, memberikan kebebasan tentang cara menyelesaikan permasalahan kepada masing-masing kelompok untuk bekerjasama dalam menyelesaikan kartu masalah. Sedangkan pada siklus II mendorong siswa untuk melakukan diskusi dengan kelompoknya.

Melalui penyelesaian masalah siswa dapat berlatih dan mengintegrasikan konsep-konsep, teori-teori dan keterampilan yang telah dipelajari. Pembelajaran berbasis masalah mengajarkan kepada siswa untuk menyelesaikan masalah-masalah sehingga siswa tersebut menjadi lebih analitis dalam mengambil keputusan di dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan demikian siswa akan senang, terangsang, tertarik dan bersikap positif sehingga hasil belajar Biologi pada siswa kelas XI IPA-7 SMA Negeri 17 Ide PTK dapat meningkat di atas KKM 75.

  • Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka berpikir di atas maka hipotesis dalam penelitian ini adalah:

“Melalui model pembelajaran Oral Test Problem Based mata pelajaran Biologi pokok bahasan Sistem Reproduksi Manusia pada siswa kelas XI IPA-7 SMA Negeri 17 Ide PTK tahun pelajaran 2017/2018 dapat ditingkatkan.”

DAFTAR PUSTAKA

Arends, R. 2012. Learning To Teach. Library of Congress Cataloging: Publication Data.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Barrows, HS. 1996. Problem-based Learning in Medicine and Beyond: A Brief Overview. New Directions for Teaching and Learning, 68: 3-11.

Carroll, K., Clark, J., Kane, J., Sutherland, L., & Preston, C. 2009. Problem-based Learning, Pedagogy & Practice. Proceedings of the Second International Symposium on Problem Solving, Singapore.

Chin, C & Chia LG. 2004. Problem-based Learning: Using Students’ Questions to Drive Knowledge Construction. Sci. Educ., 88(5): 707-727.

Etherington, M. B. 2011. Investigative Primary Science: A Problem-based Learning Approach. Australian Journal of Teacher Education, 36(9):36-57.

Hamalik, Oemar. 2011. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Mulyasa. 2004. KBK: Konsep, Karaktristik, Implementasi. Bandung: Penerbit PT. Rosdakarya Bandung.

Rifa’i, Ahmad, Catharina Tri Anni. 2011. Psikologi Pendidikan. Semarang: UNNES Press.

Rusmiyanto. 2012. Pengaruh Penggunaan Model Problem Based Learning dan Motivasi Belajar terhadap Hasil Belajar pada Siswa Kelas VIII di SMPNegeri 1 Jetis Kabupaten Mojokerto. Thesis. Surabaya: Program Studi Teknologi Pendidikan Universitas Negeri Surabaya.

Sanjaya, W. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Sardiman, A.M. 2000. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Wulandari, Bekti. 2013. Pengaruh Problem-Based Learning terhadap Hasil Belajar Ditinjau dari Motivasi Belajar PLC di SMK. Jurnal Pendidikan Vokasi, 3(2):178-191

Yelland, N., Cope, & Kalantzis. 2008. Learning by Design: Creating Pedagogical Frameworks for Knowledge Building in the Twenty-first Century. Asia Pacific Journal of Teacher Education, 36(3): 197-213.

Be the first to comment

Leave a comment

Your email address will not be published.


*


error: Artikel masih di lockdown !!