Model Pembelajaran Cooperative Script

Cooperative Learning

Pengertian Model Pembelajaran Cooperative Sript

Model pembelajaran kooperatif pada dasarnya mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau perilaku bersama dalam kerja atau membantu diantara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih dimana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri. Pola hubungan seperti itu memungkinkan timbulnya persepsi yang positif tentang apa yang dapat mereka lakukan untuk keberhasilannya, berdasarkan kemampuan dirinya sebagai individu atau peran serta anggota lainnya selama mereka belajar secara bersama-sama dalam kelompok. Model pembelajaran kooperatif memandang bahwa keberhasilan dalam belajar bukan semata-mata harus diperoleh dari guru, melainkan juga dari pihak lain yang terlibat dalam pembelajaran yaitu teman sebaya.

Dalam pembelajaran kooperatif, interaksi yang terjadi dalam proses pembelajaran tidak hanya dari guru terhadap siswa atau dari siswa terhadap guru, tetapi juga ada interaksi yang terjadi dari siswa satu terhadap siswa yang lain dan sebaliknya. Dalam pembelajaran kooperatif, para siswa dilatih untuk dapat bekerja sama dan mengakui perbedaan pendapat dengan orang lain. Dari beberapa macam model pembelajaran kooperatif, model pembelajaran cooperative script sangat tepat digunakan dalam pembelajaran IPA dan sebagai strategi untuk meningkatkan hasil belajar IPA siswa. Cooperative script  adalah model belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan bergantian secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi yang dipelajari. Model pembelajaran cooperative script ini dikembangkan oleh Danserau dkk pada tahun 2015. Pembelajaran cooperative script muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Siswa secara rutin bekerja dalam kelompok untuk saling membantu memecahkan masalah-masalah yang kompleks. Jadi, hakikat sosial dan penggunaan kelompok sejawat menjadi aspek utama dalam pembelajaran cooperative script. Hal ini sejalan dengan teori belajar dari Vygotsky yang berusaha mengembangkan model konstruktivistik belajar mandiri dari Piaget menjadi belajar kelompok. Dalam membangun sendiri pengetahuannya, peserta didik dapat memperoleh pengetahuan melalui kegiatan  yang beraneka ragam dengan guru sebagai fasilitator.

Menurut Schank dan Abelson, (2007) pembelajaran cooperative script adalah pembelajaran yang mengatur interaksi siswa seperti ilustrasi kehidupan sosial siswa dengan lingkungannya sebagai individu, dalam keluarga, kelompok masyarakat, dan masyarakat yang lebih luas. Menurut Slavin, (1995) mengemukakan bahwa penggunaan pembelajaran cooperative dapat meningkatkan prestasi belajar siswa sekaligus dapat meningkatkan kemampuan hubungan sosial, menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri dan orang lain, serta dapat meningkatkan harga diri. Menurut Spurlin, (2007) menyatakan bahwa, cooperative script dapat mendorong siswa untuk mendapatkan kesempatan mempelajari bagian lain dari materi yang tidak dipelajarinya.

Tugas guru adalah menyediakan atau mengatur lingkungan belajar siswa, dan mengatur tugas-tugas yang harus dikerjakan siswa, serta memberikan dukungan dinamis, sehingga setiap siswa bisa berkembang secara maksimal dalam zona perkembangan proksimal masing-masing. Guru perlu mengupayakan supaya setiap siswa berusaha agar bisa mengembangkan diri masing-masing secara maksimal, yaitu mengembangkan kemampuan berpikir dan bekerja secara secara independen. Tetapi dilain pihak guru juga perlu mengupayakan agar tiap- tiap siswa juga aktif berinteraksi dengan siswa-siswa lain dan orang-orang lain di lingkungan masing-masing yang sesuai dengan teori belajar Vygotsky. Jika kedua hal itu dilakukan, perkembangan kognitif tiap-tiap siswa akan bisa terjadi secara optimal.

Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Cooperative Script

Setiap model pembelajaran mempunyai berbagai kelebihan dan kekurangan, kelebihan dari model pembelajaran cooperative script adalah: (1) melatih pendengaran, ketelitian atau kecermatan, (2) setiap siswa mendapat peran, (3) melatih  mengungkapkan  kesalahan  orang  lain  dengan  lisan.  Sedangkan kekurangan dari model ini adalah: (1) hanya digunakan untuk mata pelajaran tertentu, (2) hanya dilakukan dua orang (tidak melibatkan seluruh kelas sehingga koreksinya hanya sebatas pada dua orang tersebut). Dengan demikian siswa harus memiliki keaktifan pada saat proses pembelajaran.

Selain kelebihan dan kekurangan, model pembelajaran cooperative script juga mempunyai banyak keunikan yang membedakan antara model pembelajaran cooperative script dengan pembelajaran Konvensional. Pembelajaran konvensional menurut Ujang Sukandi (dalam Sunarto 2009) ditandai dengan guru mengajar lebih banyak mengajar tentang konsep-konsep bukan kompetensi, tujuannya adalah siswa mengetahui sesuatu bukan bukan mampu untuk melakukan sesuatu, dan pada saat proses pembelajaran siswa lebih banyak mendengarkan. Model pembelajaran konvensional merupakan model pembelajaran yang berpusat pada guru dimana hampir seluruh kegiatan pembelajaran dikendalikan oleh guru. Jadi guru memegang peranan utama dalam menentukan proses dan isi pembelajar dan termasuk dalam menilai kemajuan siswa (I Wayan Sukra, 2009: 83). Sedangkan menurut Nurhadi (2009: 43) metode konvensional terlihat pada proses siswa menerima informasi secara pasif, siswa belajar secara individual, hadiah/penghargaan untuk perilaku baik adalah pujian atau nilai angka/raport saja, pembelajaran tidak memperhatikan pengalaman siswa, dan hasil belajar diukur  hanya dengan tes.

Manfaat Model Pembelajaran Cooperative Script

Manfaat dari penggunaan model pembelajaran cooperative script dalam proses pembelajaran adalah dapat mengurangi kesenjangan pendidikan khususnya dalam wujud input pada level individual. Selain itu, dengan belajar kooperatif dapat mengembangkan solidaritas sosial di kalangan siswa. Karena melalui kooperatif siswa dilatih untuk dapat meningkatkan perasaan positif terhadap diri sendiri maupun orang lain, dapat memberikan efek yang sangat ampuh pada waktu singkat baik dalam aspek pembelajaran akademik maupun aspek skill, memberikan seorang atau beberapa orang sebagai pendamping belajar yang menyenangkan dan bersama-sama mengembangkan skill bersosial serta berempati terhadap orang lain. Dengan belajar kooperatif, diharapkan kelak akan muncul generasi baru yang memiliki prestasi akademik yang cemerlang dan memiliki solidaritas sosial yang kuat.

Dalam membentuk atau mengorganisasi sebuah kelompok belajar di dalam kelas tidak bisa dilakukan sembarangan. Ada beberapa faktor yang harus diperhatikan, diantaranya adalah gender, tingkat kecerdasan individu, dan sifat- sifat khusus yang dimiliki setiap individu, untuk itu sebelum membentuk kelompok belajar di kelas guru terlebih dahulu benar-benar mengerti dan memahami karakteristik peserta didiknya. Dalam sebuah kelompok perlu diperhatikan dalam pembagian berdasarkan gender agar seimbang untuk memudahkan mereka dalam melakukan tugasnya. Tingkat kecersasan individu merupakan point penting dalam pembagian kelompok belajar. Untuk itu guru hendaknya melakukan klasifikasi siswa berdasarkan tingkat kecerdasannya, bukan bermaksud untuk membeda-bedakan antara siswa yang pandai dengan yang kurang pandai tetapi untuk menyetarakan semua kelompok agar tidak terjadi kasenjangan antara kelompok si pandai dengan kelompok si kurang pandai. Selain itu terdapat pula sifat-sifat khusus yang dimiliki tiap peserta didik dalam suatu kelas. Perlu diperhatikan dalam proses pembagian kelompok karena hal ini berperan dalam hidupnya sebuah kelompok belajar. Sifat-sifat khusus yang dimaksudkan disini misalnya terdapat siswa yang pandai dalam menyampaikan suatu topik atau berpresentasi di depan kelas, ada siswa yang pandai bicara tapi tidak bermakna atau hanya sekedar celotehan saja, ada siswa yang hanya senang berfikir tetapi saat menyampaikan pendapat kurang pandai dalam berkata-kata, dan lain sebagainya. Hal ini penting dalam pembentukan kelompok belajar untuk keadilan dalam pembagian tugas agar tiap anggota kelompok mendapatkan tugas yang merata dan semuanya terlibat secara aktif dalam proses belajar mengajar.

Langkah Langkah Pelaksanaan Model Pembelajaran Cooperative Script

Langkah-langkah dalam pelaksanaan model pembelajaran cooperative script menurut Danserau, dkk (dalam Saminanto, 2015; 34) sebagai berikut :

  1. Guru membagi siswa untuk berpasangan.
  2. Guru membagikan wacana atau materi kepada tiap-tiap siswa untuk dipelajari dan dibuat ringkasan.
  3. Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar.
  4. Pembicara membacakan  ringkasannya selengkap mungkin, dengan mamasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya.
  5. Sementara pendengar menyimak atau mengoreksi atau menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap dan membantu mengingat atau menghafal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya.
  6. Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya. Serta lakukan seperti di atas.
  7. Siswa bersama-sama dengan guru membuat kesimpulan.
  8. Penutup.

Pada langkah-langkah pembelajaran cooperative script ini fokusnya adalah siswa berpasangan, meringkas materi, selanjutnya pembagian peran pembaca dan pendengar, diskusi siswa dan tukar peran.

Langkah-langkah  pembelajaran  cooperative  script  yang  kedua menurut Agus Suprijono, (2009: 126) adalah sebagai berikut :

  1. Guru membagi siswa untuk berkelompok untuk berpasangan
  2. Guru membagikan wacana/materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan.
  3. Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar.
  4. Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya.
  5. Pendengar  menyimak/mengoreksi/menunjukkan  ide-ide  pokok  yang kurang lengkap, serta membantu mengingat/menghafal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya.
  6. Bertukar  peran,  yang  semula  sebagai  pembicara  ditukar  menjadi pendengar dan sebaliknya. Serta lakukan seperti cara diatas.
  7. Kesimpulan siswa bersama-sama dengan guru.
  8. Penutup.

Fokus  langkah-langkah pembelajaran cooperative script yang kedua ini sama dengan langkah-langkah pembelajaran cooperative script yang pertama yaitu siswa berpasangan, siswa meringkas materi, selanjutnya pembagian peran pembaca dan pendengar, diskusi siswa dan tukar peran.

Fokus  langkah-langkah pembelajaran cooperative script yang ketiga ini masih sama dengan langkah-langkah pembelajaran cooperative script dari dua tokoh sebelumnya yaitu siswa berpasangan, siswa meringkas materi, selanjutnya pembagian peran pembaca dan pendengar, diskusi siswa, tukar peran dan kembali melaksanakan diskusi berpasangan.

Keberhasilan kelompok belajar sangat tergantung pada usaha setiap anggotanya. Untuk menciptakan kelompok belajar yang efektif, guru perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri dan agar yang lain bisa mencapai tujuan mereka. Selanjutnya, guru akan mengevaluasi setiap kelompok. Dengan cara ini, mau tidak mau setiap anggota merasa bertanggung jawab untuk menyelesaikan tugasnya agar yang lain bisa berhasil. Penilaian juga dilakukan dengan cara yang tidak biasa. Setiap siswa mendapat nilainya sendiri dan nilai kelompok.  Nilai  kelompok  dibentuk  dari  sumbangan  setiap  anggota kelompok. Untuk menjaga keadilan, setiap anggota menyumbangkan poin diatas nilai rata-rata mereka. Misalnya nilai rata-rata si A adalah 65 dan kali ini dia mendapat nilai 72, maka dia akan menyumbangkan 7 poin untuk nilai kelompoknya. Dengan demikian, setiap siswa akan bisa mempunyai kesempatan untuk memberikan sumbangan poin untuk nilai kelompok mereka. Beberapa siswa yang kurang mampu tidak akan merasa minder terhadap rekan-rekan  mereka  karena  toh  mereka  juga  memberikan  sumbangan. Malahan mereka akan merasa terpacu untuk meningkatkan usaha mereka dan dengan demikian menaikkan nilai mereka. Sebalikknya, siswa yang lebih pandai juga tidak akan merasa dirugikan karena rekannya yang kurang mampu juga telah memberikan bagian sumbangan nilai mereka.

Dari beberapa langkah-langkah pembelajaran cooperative script menurut para ahli, langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran cooperative script yang akan dilakukan dalam penelitian ini yaitu:

  1. Siswa duduk berpasangan (2 orang)
  2. Tiap-tiap siswa diberikan materi
  3. Masing-masing siswa membuat ringkasan dari materi yang telah diterimanya
  4. Siswa dan guru menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan pendengar
  5. Pembicara menjelaskan hasil ringkasaanya kepada pendengar dengan menambahkan informasi lain yang mereka punya
  6. Pendengar  menyimak  dan  mengoreksi  jika  ada  kesalahan  dari pembicara serta membantu mengingat ide-ide pokok dari materi
  7. Bertukar peran, semula siswa yang menjadi pembaca sekarang menjadi pendengar dan sebaliknya
  8. Siswa bersama dengan guru membuat kesimpulan
  9. Penutup.

Jadi model pembelajaran cooperative script adalah suatu pola belajar kelompok yang dilakukan oleh sepasang siswa dimana mereka saling bergantian peran sebagai seorang pembicara dan pendengar yang melibatkan mereka secara aktif dan dominan dalam proses pembelajaran agar tercipta keefektifan dalam proses belajar mengajar di kelas.

Be the first to comment

Leave a comment

Your email address will not be published.


*


error: Artikel masih di lockdown !!